Romantisnya Panorama Alam Curug Tilu

Kamis, 20 Februari 2020 08:11
Romantisnya Panorama Alam Curug Tilu

Humas DPRD Purwakarta - Mengikuti perjalanan reses Komarudin ke desaa di seberang Danau Jatiluhur pada  kesempatan reses pada Rabu (19/2/2020) dan Kamis (20/2/2020) memang sungguh mengasyikkan, lantaran melalui area-area dengan pemandangan yang luar biasa indah dan alami.

 

Penulis sempat singgah di kawasan wisata Curug Tilu di Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari, Purwakarta. Jaraknya sekitar 40 Km dari arah kota Purwakarta. Menuju area wisata, para pengunjung harus mengikuti jalan setapak terbuat dari paving-blok, menanjak dan berliku Untuk menuju lokasi Curug Tilu, tidak terlalu jauh masuk ke dalam, tapi karena menanjak, butuh persiapan fisik tersendiri. Tak heran, jika pengunjungnya banyak kalangan remaja. Maklum, pemandangan di lokasi tersebut sangat asri dan romantis. Selain sebagian besar dari Purwakarta, ada juga sejumlah muda-mudi berasal dari Cipeundeuy, Subang.

 

 

Memang, Curug Tilu bukan seperti air terjun pada umumnya. Namun, sungai besar dengan arus deras, mengalir di antara bebatuan. Pemandangan arus deras yang berjenjang dan berkelok-kelok menjadi daya tarik tersendiri. Benar-benar memancarkan panorama nan alami. Pengunjung banyak berselfi ria, memanfaatkan “background” panoramanya yang unik dan indah.

 

Tak sedikit yang mandi, ingin merasakan dinginnya air Curug Tilu. Ada 9 kolam yang bisa untuk mandi dengan ukuran lumayan besar. Namun, mereka tak perlu takut kedinginan. Di lokasi wisata banyak lapak warung kopi yang mampu mengantarkan kehangatan.

 

Bebatuan besar yang banyak terdapat di sungai, semakin menambah keasrian panoramanya. Menurut warga setempat, konon bebatuan besar yang banyak berserakan di Desa Ciririp, merupakan muntahan dari letusan Gunung Sunda purba. Walahualam. 

 

Menurut Cecep, warga setempat, puncak Curug Tilu sebenarnya di daerah Cibuluh, di mana terdapat air terjun yang cukup tinggi. Namun, sesampai di kawasan Curug Tilu, jalannya air mengikuti alur sungai yang ada. 

 

“Hanya saja, menuju Kampung Cibuluh, akses jalannya berbeda dengan jalan masuk menuju kawasan wisata Curug Tilu,”jelasnya

 

Kepala Desa Dule menerangkan, kawasan wisata Curug Tiu dikelola Bumdes dengan melibatkan masyarakat bekerjasama dengan pihak Perhutani. Karenanya, dari harga tiket masuk sebesar Rp. 7.500, dibagi-bagi Rp. 2.500 untuk asuransi kecelakaan, Rp. 1000 untuk Bumdes, kas desa  sebesar Rp 500,  sisanya untuk masyarakat/pengelola.

 

 

“Namun, kas desa belum secara rutin kebagian,” tuturnya. “Kita juga memberikan kesempatan pada warga untuk membuka lapak kopi dan makanan ringan di dalam kawasan wisata, guna menunjang kebutuhan pengunjung. Biasanya, jika hari libur, pengunjung cukup membludak dari mana-mana,”jelasnya.

 

 

Luas Desa Ciririp, terang Dule, seluas 1800 Ha. Jumlah jiwa sebanyak 10.000, sedangkan  jumlah pemilih 4.000 orang. Mata pencaharian penduduk sebagian besar megelola kolam jaring apung dan mengelola perkebunan bambu. Sedangkan Bumdes sudah lumayan berkembang, pokok usaha yaitu menjual pakan ikan dan mengelola kawasan wisata Curug Tilu.

 

Memang masih banyak yang perlu dibenahi di Curug Tilu, supaya kawasan wisata ini memiliki daya tarik tersendiri di Purwakarta, khususnya Desa Ciririp.

 

“Bila hal ini terwujud, bukan saja akan meningkatkan pendapatan asli desa, tetapi juga akan lebih mensejahterakan masyarakat,”ujarnya. (Humas DPRD)